MUQÎMUDH-DHUHÂ:
SALATLAH, MAKA REZEKI ANDA BERLIMPAH
Oleh:
Sulaiman Al-Kumayi, MA.
Salat Dhuha adalah salat milyuner. Salat untuk memperoleh kesuksesan. Dengan salat ini, kita betul-betul menjadi milyuner!
--Amru Khalid—
Syekh Muzaffer Ozak (2006), Mursyid Halveti-Jerrahi, menjelaskan tentang hakikat salat, "Lebih daripada semua ibadah lainnya, salatlah yang menyebabkan Allah rida kepada kita. Salat adalah suri teladan Nabi. Salat menamsilkan hari kiamat. Salatlah yang disukai para malaikat. Salat adalah cahaya kearifan, dasar bagi iman, dan kunci terkabulnya doa. Salat menyebabkan diterimanya amal kebaikan. Salat membuat harta jadi berkah, pekerjaan jadi halal. Salat merupakan senjata untuk melawan musuh, dan dibenci setan. Salat menjadi perantara `Azra`il dan Tuhannya. Salat adalah cahaya dalam kegelapan kubur, kebahagiaan di hari kiamat, dan payung singgasana. Pada hari kiamat, salat menjadi mahkota kepala, pakaian badan ketika semua orang telanjang bulat. Salat menjauhkan manusia dari neraka. Bagi Tuhanmu, salat adalah bukti yang kuat atas iman kita. Salat menjadikan timbangan amal kebaikan lebih berat, dan menyelamatkan manusia ketika menyeberangi Al-Shirâth. Salat menjadi keberhasilan dunia. Salat menjadi kenikmatan Nabi Muhammad. Salat merupakan karunia dari Yang Mahapengasih kepada kita. Salat adalah tiang agama."
Dalam kalimat-kalimat azan dan iqamah yang dikumandangkan setiap salat
Tarmizi Yusuf, penulis Be The Winner (2005) menandaskan, salat dan kemenangan itu adalah dua hal yang saling berkaitan. Semakin khusyuk salat seseorang, semakin sukses. Al-Quran sebagai pedoman hidup kita mengatakan bahwa sesungguhnya akan sukses seorang mukmin yang khusyuk dalam salatnya. Sebagai mukmin, kita harus yakin bahwa orang yang khusyuk salatnya akan mendapatkan kemenangan, sukses, dan berhasil dalam kehidupan (baca: QS. Al-Mukminun [23]: 1-2). Apa jaminannya?
Orang yang salat, tulis Hamka dalam Tafsir Al-Azhar (1982, XVIII: 8), tidak pernah mengenal takut lagi dalam hidupnya. Seluruh rasa takut telah terfokus kepada Tuhan, yang pada akhirnya membuahkan keberanian menghadapi kompetisi kehidupan di planet bumi ini. Kita tidak takut kepada kezaliman atau penganiayaan manusia, karena sesama manusia itu hanyalah sebentar dan pasti terkalahkan oleh keberanian yang dibangun oleh jiwa yang terisi dengan ruh Ilahiah. Kita tidak takut lapar, karena kita yakin rezeki kita telah dijamin oleh Allah, asal kita mau berusaha dan bekerja keras. Kita tidak takut menghadapi bahaya, karena tidak ada yang bergerak dalam alam ini kalau tidak ditentukan oleh Allah. "Dengan salat yang khusyuk," tegas Hamka, "rasa takut menjadi hilang, lalu timbul perasaan-perasaan yang lain. Timbullah pengharapan (desire) dan pengharapan adalah kehendak asasi manusia. Hidup manusia tidak ada artinya samasekali kalau dia tidak mempunyai pengharapan."
Salat wajib (maktubah) dan salat-salat sunnah lainnya yang kita lakukan selama hidup kita, pada hakikatnya adalah menghapus kata-kata "takut" itu dalam kamus kehidupan kita dan kemudian menggantinya dengan optimisme, harapan-harapan, impian-impian indah. Al-Quran sangat menekankan ini, seperti disebutkan dalam Surat Fushshilat [41]: 30: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu." Imbalan dari ini adalah perlindungan dari Allah dalam kehidupan dunia dan di akhirat (QS Fushshilat [41]: 31).
Seperti ditulis oleh Larry Dossey yang mengutip hasil riset, menunjukkan bahwa mereka yang optimis rata-rata lebih jarang sakit dan lebih panjang umur dibandingkan mereka yang pesimis. Golongan optimis memiliki sistem kekebalan yang lebih kuat dan sistem kardiovaskular yang lebih stabil. Mereka adalah orang-orang yang tidak mudah menyerah, pengejar prestasi, dan pemimpin yang menyandang kepercayaan diri tinggi. Orang-orang optimis umumnya menyenangkan. Mereka senang memompa semangat orang lain dan lebih menyukai pertemanan dibandingkan kalangan pesimis.
Salat
Menurut Harper Lee, yang dinamakan keberanian bukanlah seperti sosok seorang pria dengan senjata di tangannya. Keberanian adalah ketika rasanya mustahil untuk memulai segala sesuatu, tetapi Anda tetap akan memulainya dan Anda akan melihat apa pun yang terjadi.
Nah, Muqîmudh-Dhuhâ, sebutan untuk mereka yang menegakkan Salat Dhuha (lihat lebih lanjut Bab I), adalah mereka yang merancang dirinya untuk meraih kemenangan, kesuksesan, dan keberhasilan dalam kehidupan. Karena, ia sadar bahwa Allah pada setiap pagi telah menanamkan investasi-Nya jutaan bahkan milyaran rupiah. Melihat kenyataan ini Amru Khalid menyebut salat ini sebagai salat milyuner. Sebutan yang penuh makna dan janji, bukan omong kosong belaka. Mari kita simak penjelasan Rasulullah Saw. berikut:
وَعَنْ اَبِى ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُـلاَمٰى مِنْ اَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ، فَكُلُّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةٌ، وَاَمْرٌ بِاْلمَعْرُوْفِ صَدَقَةٌ، وَنَـهْىٌ عَنِ اْلمُـنْكَرِ صَدَقَةٌ، وَيُجْزِئُ مِنْ ذٰلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَامِنَ الضُّحٰى (رواه مسلم)
Dari Abu Dzarr ra, dari Nabi Saw., beliau bersabda: "Setiap pagi, masing-masing ruas anggota badanmu itu wajib dikeluarkan sedekahnya. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh untuk berbuat baik adalah sedekah, dan melarang dari perbuatan munkar adalah sedekah. Semuanya itu bisa dicukupi dengan dua rakkat Dhuha yang ia kerjakan." (HR. Muslim).
Dalam tubuh kita terdapat sekitar 360 buah persendian. Seandainya Allah menghargai setiap sendi Rp. 10.000,00 berarti sebesar Rp. 3.600.000,00 (tiga juta enam ratus ribu rupiah) perhari yang harus kita bayar. Kalau kita berumur 60 tahun maka yang harus dibayarkan: Rp. 3.600.000 x 60 Tahun (60 x 365 = 21.900 hari) = Rp. 78.840.000.000,00 (tujuhpuluh delapan milyar delapan ratus empatpuluh juta rupiah). Itu baru persendiaan, bagaimana kalau seandainya Allah meminta ganti atas anggota tubuh kita yang lain, seperti jantung, ginjal, paru-paru, darah, dan sebagainya. Tentu saja kita tidak bisa membayarnya. Benarlah firman Allah, "Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya." (QS. Al-Naml [16]: 18). Meskipun begitu, semua itu, sabda Nabi, seimbang dengan dua rakaat Salat Dhuha.
Nabi Saw juga menyebutkan beberapa firman Allah dalam hadis qudsi yang menjelaskan tentang balasan Allah atas hamba-hamba-Nya yang melaksanakan Salat Dhuha, di antaranya,
عَنْ اَبِى الدَّرْدَاءِ وَاَبِى ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَـنْهُمَا، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَنِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ: ابْنُ آدَمَ، اِرْكَعْ لِىْ مِنْ اَوَّلِ النَّـهَارِ اَرْبَعَ رَكَـعَاتٍ، اَكْفِكَ آخِرَهُ (اخرجه الترمذى)
Dari Abu Dardâ dan Abû Dzarr ra dari Rasulullah Saw dari Allah `Azza wa Jalla (Yang Maha Mulia dan Maha Agung) berfirman: "Wahai anak Adam, rukuklah (salatlah) kepada-Ku di awal siangmu dengan empat rakaat maka Aku akan mencukupimu di akhir siang itu." (Hadis ini ditakhrijkan oleh At-Tirmidzi dalam Jami`-nya, Bab Salat Dhuha, menurutnya, hadis ini Hasan Shahih).
حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ رَشِيْدٍ، حَدَّثَنَا اْلوَلِيْدُ، عَنْ سَعْدِ بْنِ عَبْدِ اْلعَزِيْزِ، عَنْ مَكْحُوْلٍ، عَنْ كَثِيْرِ بْنِ مُرَّةَ، عَنْ نَعِيْمِ بْنِ هَـمَّازٍ رَضِيَ اللهُ عَنِهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَـقُوْلُ: يَـقُوْلُ عَزَّ وَجَلَّ: يَاابْنَ آدَمَ، لاَتُعْجِزْنِىْ مِنْ اَرْبَعِ رَكَـعَاتٍ فِى اَوَّلِ النَّـهَارِكَ، ، اَكْفِكَ آخِرَهُ (اخرجه ابوداود)
Dâwud bin Rasyîd menuturkan kepada kami, Al-Walîd menuturkan kepada kami, dari Sa`ad bin Abdul `Azîz, dari Makhûl, darri Katsîr bin Murrah, dari Na`îm bin Hammâz ra berkata: Saya telah mendengar dari Rasulullah Saw yang bersabda: "Allah `Azza wa Jalla berfirman, 'Wahai anak Adam, janganlah kamu lemah terhadap-Ku dari (melakukan) empat rakaat di awal harimu, maka Aku cukupkan kamu di akhir hari itu.'" (Hadis ini ditakhrijkan oleh Abû Dâwud dalam Sunan-nya pada Bab Salat Dhuha, Jil I, hlm. 357).
Dalam Hadis yang lain, Rasulullah menerangkan bahwa di sorga ada sebuah pintu yang bernama al-Dhuha. Dan pintu ini hanya diperuntukkan bagi mereka yang melazimkan salat tersebut. Bersabda Nabi Saw:
إِنَّ فِى اْلجَـنَّةِ بَابًايُـقَالُ لَهُ "الضُّحٰى" فَإِذَا كَانَ يَوْمُ اْلقِـيَامَةِ نَادَى مُـنَادٍ أَيْنَ الَّذِيْنَ كَانُوْا يُدَاوِمُوْنَ عَلَى صَلاَةِ الضُّحٰى؟ هَذٰ بَابُكُمْ فَادْخُلُوْهُ بِرَحْمَةِ اللهِ (رواه الطبرنى عن ابىهريرة )
Sesungguhnya di dalam sorga terdapat suatu pintu yang dinamakan al-Dhuha; ketika hari kiamat tiba, akan ada seruan yang memanggil-manggil, ‘Mana orang-orang yang ketika hidupnya mengerjakan Salat Dhuha terus-menerus? Inilah pintu masuk kalian, maka masuklah kalian melaluinya dengan rahmat Allah” (HR. Thabrani).
Perhatikanlah! Dengan melaksanakan salat Dhuha di pagi hari empat rakaat, Allah menjamin kecukupan hidup hamba-Nya selama hari itu. Apakah Anda masih ragu dengan janji Allah ini. Padahal Allah sudah tegaskan dalam Kitab Suci-Nya: "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (QS. Al-Baqarah [2]: 186).
Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki, di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (27). Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup, dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)". (QS. Ali Imran [3]: 26-27).
.jpg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar