Senin, 29 Juni 2009

KESUKARAN DAN KENGERIAN SAAT KEMATIAN DATANG

Kesukaran dan Kengerian Saat Kematian Datang

Oleh: Sulaiman Al-Kumayi


اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى خَلَقَ اْلمَوْتَ وَاْلحَـيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلاً. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَلاَّمُ، وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلأَنَامِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِه وَاَصْحَابِهِ صَلاَةً وَسَلاَمًا دَائِمَيْنِِ مُتَلاَزِيْمَيْنِ عَلَى مَمَرِّ الدُّهُوْرِ وَاْلاَيَّامِ. اَمَّابَعْدُ فَـيَاعِـبَادَاللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَـقَّ تُـقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَـعَالَى: ö@è% ¨bÎ) |NöqyJø9$# Ï%©!$# šcrÏÿs? çm÷ZÏB ¼çm¯RÎ*sù öNà6É)»n=ãB ( ¢OèO tbrŠtè? 4n<Î) ÉOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»yg¤±9$#ur Nä3ã¤Îm7t^ãsù $yJÎ/ ÷LäêZä. tbqè=yJ÷ès?

Allah SWT telah menetapkan bahwa setiap yang pernah merasakan hidup pasti akan mati dan tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa menghindar atau lari dari kematian, bahkan jika kematian sudah ditetapkan oleh Allah untuk seseorang, maka kematian itu yang akan mendatanginya. Simaklah firman-firman Allah berikut ini:

@ä. <§øÿtR èps)ͬ!#sŒ ÏNöqyJø9$# ( §NèO $uZøs9Î) šcqãèy_öè?

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada kami kamu dikembalikan (QS. Al-Ankabut [29]: 57).

tûïÏ%©!$# (#qä9$s% öNÍkÍXºuq÷z\} (#rßyès%ur öqs9 $tRqãã$sÛr& $tB (#qè=ÏFè% 3 ö@è% (#râäu÷Š$$sù ô`tã ãNà6Å¡àÿRr& |NöqyJø9$# bÎ) ÷LäêZä. tûüÏ%Ï»|¹

Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang: "Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh". Katakanlah: "Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar" (QS. Ali Imran [3]: 168).

$yJoY÷ƒr& (#qçRqä3s? ãNœ3.ÍôムÝVöqyJø9$# öqs9ur ÷LäêZä. Îû 8lrãç/ ;oy§t±B 3

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh (QS. An-Nisa [4]: 78).

ß`øtwU $tRö£s% â/ä3uZ÷t/ |NöqyJø9$# $tBur ß`øtwU tûüÏ%qç7ó¡yJÎ/

Kami Telah menentukan kematian di antara kamu dan kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan (QS. Al-Waqi`ah [56]: 60).

ö@è% ¨bÎ) |NöqyJø9$# Ï%©!$# šcrÏÿs? çm÷ZÏB ¼çm¯RÎ*sù öNà6É)»n=ãB ( ¢OèO tbrŠtè? 4n<Î) ÉOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»yg¤±9$#ur Nä3ã¤Îm7t^ãsù $yJÎ/ ÷LäêZä. tbqè=yJ÷ès?

Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan" (QS. Al-Jumu`ah [62]: 8).

Bagi orang yang beriman, kematian bukanlah sesuatu yang harus ditakutkan. Karena melalui kematian itulah ia dapat bertemu dengan Allah. Dari Anas bin Malik ra, Rasulullah Saw bersabda:

مَنْ اَحَبَّ لِـقَاءَ اللهِ اَحَبَّ اللهُ لِـقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِـقَاءَ اللهِ كَرِهَ اللهُ لِـقَاءَهُ

Barang siapa yang suka bertemu dengan Allah, maka Allah suka menerimanya dan barang siapa yang tidak suka bertemu dengan Allah, maka Allah juga tidak suka menerimanya.

Menurut Abul-Laits Al-Samarqandi, dalam kitabnya Tanbîh Al-Ghâfilîn, seorang mukmin ketika didatangi kematian ia akan merasa gembira, karena pada saat itu ia merasa diridhai oleh Allah dan akan mendapat surga-Nya. Karenanya, ia lebih suka segera mati dan menerima limpahan rahmat-Nya. Sebaliknya, bagi orang kafir, kematian itu sangat ditakutinya. Apalagi saat detik-detik kematian tiba, ia menyaksikan siksa Allah diperlihatkan di depan matanya dan pasti akan menerimanya setelah kematian. Untuk itulah ia menangis dan tidak suka mati. Selain itu, Allah juga menjauhkannya dari rahmat-Nya.

Sufyan al-Tsauri mengatakan, "Kesukaan mereka untuk bertemu kepada Allah itu yang menyebabkan Allah kasih kepada mereka. Ini seperti digambarkan dalam ayat 'yuhibbuhum wa yuhibbunahu, Allah mencinta mereka, dan mereka mencintai-Nya'; juga sebuah hadis, 'jika Allah mencintai seorang hamba, maka disibukkan dengan zikir dan selalu ingat kepada-Nya."

Dijelaskan oleh Nabi Saw bahwa bagi seorang mukmin bila kematian akan datang kepadanya, maka malaikat akan memberikan khabar gembira kepadanya. Mendengar khabar tersebut hati seorang mukmin sangat gembira, sehingga ia ingin cepat-cepat bertemu dengan Allah Swt. Sebaliknya, orang kafir jika akan mati datang malaikat yang mengancamnya dengan siksa Allah, yang akan dihadapinya sehingga ia tidak suka bertemu dengan Allah.

Dalam Kitab Tanbîh Al-Ghâfilîn disebutkan, Nabi Saw menceritakan tentang serombongan Bani Israil yang keluar rumah mereka hingga sampai ke kuburan, lalu mereka berkata: "Seandainya kita sembahyang di sini kemudian berdoa kepada Tuhan supaya keluar salah seorang yang telah mati di sini, lalu menerangkan kepada kita tentang mati niscaya sembahyanglah mereka dan berdoa terus-menerus."

Tiba-tiba ada kepala orang muncul dari kuburan, wajahnya hitam legam dan bertanya, "Hai kalian semua, apakah maksud kalian ke sini. Demi Allah! Aku telah mati sejak sembilan puluh tahun lalu. Hingga kini belum juga hilang rasa pedihnya mati, karena itu berdoalah kalian kepada Allah untuk mengembalikan aku sebagaimana tadi. Padahal di antara kedua mata orang tadi ada tanda bekas sujud.

Berkaitan dengan pedihnya kematian inilah, Abu al-Laits al-Samarqandi pernah mengingatkan: "Siapa yang yakin akan mati, seharusnyalah bersiap-siap menghadapinya dengan memperbanyak amal saleh dan meninggalkan amal jelek (dosa). Karena ia tidak tahu persis kapan kematian datang kepadanya. Sedangkan Nabi Saw telah menerangkan kepada umatnya supaya mereka benar-benar bersiap-siap menghadapinya dan agar mereka sabar dan tabah menghadapi penderitaan dunia. Sebab, penderitaan dunia ini termasuk siksa dunia, sedangkan siksa dunia ini jauh lebih ringan dibanding dengan siksa akhirat, sedangkan maut termasuk bagian dari siksa akhirat."

Dalam sebuah kesempatan, Abdullah bin Miswar Al-Hasyimi menginformasikan dialog antara Nabi dengan seseorang yang minta diajari ilmu-ilmu yang agak ganjil.

مَاصَنَعْتَ فِى رَأْسِ اْلعِلْمِ؟

Nabi SAW bertanya: “Kamu telah berbuat apa terhadap pokok ilmu (ra’sul `ilmi)?”

قَالَ: وَمَا رَأْسُ اْلعِلْمِ؟

Orang itu bertanya: “Apakah pokok ilmu itu?”

قَالَ: هَلْ عَرَفْتَ الرَّبَّ عَزَّوَجَلَّ؟

Nabi SAW bertanya: “Apakah kamu telah mengenal Tuhan `Azza wa Jalla?”

قَالَ: نَعَمْ

Ia menjawab: “Ya.”

قَالَ: فَمَاذَافَعَلْتَ فِى حَقِّهِ؟

Nabi: “Lalu apa yang telah kamu kerjakan pada hak-Nya?”.

قَالَ: مَشَآءَ اللهُ

Ia menjawab: “Apa yang dikehendaki oleh Allah.”

قَالَ: هَلْ عَرَفْتَ اْلمَوْتَ؟

Nabi bertanya: “Tahukah kamu, apakah kematian itu?”

قَالَ: نَعَمْ

Jawabnya: “Ya.”

قَالَ: فَمَاذَااَعْدَدْتَ لَهُ؟

Nabi bertanya: “Apa persiapanmu untuk menghadapinya?”

قَالَ: مَشَآءَ اللهُ

Ia menjawab: “Apa yang dikehendaki oleh Allah.”

قَالَ: فَاَحْكِمْ مَاهُـنَاكَ ثُمَّ تَـعَالَى حَتّٰى اُعَلِّمَكَ مِنْ غَرَائِبِ اْلعِلْمِ. فَلَمَّاجَاءَهُ بَعْدَ سِنِيْنَ

Nabi: “Laksanakan itu sebenar-benarnya, kemudian kamu kembali kepadaku lagi untuk aku ajarkan kepadamu ilmu yang ganjil-ganjil.” Kemudian setelah beberapa tahun ia datang lagi.

قَالَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ضَعْ يَدَكَ عَلَى قَلْبِكَ فَمَالاَتَرْضَ لِنَفْسِكَ لاَتَرْضَاهُ لِأَخِيْكَ اْلمُسْلِمِ وَمَارَضِيْتَهُ لِنَفْسِكَ فَارْضَهُ لِأَخِيْكَ اْلمُسْلِمِ. وَهُوَ مِنْ غَرَائِبِ اْلعِلْمِ.

Nabi SAW bersabda: “Letakkanlah tanganmu di hatimu (di dadamu), maka apa yang kamu tidak suka untuk dirimu jangan kamu lakukan terhadap saudaramu sesama muslim, dan yang kamu suka untuk dirimu lakukanlah yang demikian itu terhadap saudaramu sesama muslim. Dan ini termasuk dari ilmu yang ganjil-ganjil.”

Dari dialog di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengetahui seluk-beluk kematian adalah sebagian dari pokok ilmu. Mengetahui kematian ini akan mengantarkan seseorang untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian sehingga ia tidak mempermainkan kehidupannya yang singkat ini untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Topik ini, insya Allah, akan khatib lanjutkan pada khutbah jumat yang akan datang. Semoga Allah masih mempertemukan kita lagi di rumah-Nya yang mulia ini. Amin.

اَللّٰهُمَّ عَافِنَا فِى قُدْرَتِكَ وَاَدْخِلْنَا فِى رَحْمَتِكَ وَاقْضِ اَجَلِنَا فِى طَاعَتِكَ وَاخْتِمْ لَنَابِِخَيْرِ عَمَلِنَا وَاجْعَلْ ثَـوَابَهُ اْلجَـنَّةَ

Ya Allah, ya Tuhanku! Selamatkanlah kami dalam kekuasaan-Mu, masukkanlah kami dalam rahmat-Mu, putuslah ajal kami dalam keadaan taat kepada-Mu, sudahilah amal perbuatan kami itu dengan baik dan jadikanlah balasannya surga.

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِيِمْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.